.

.

makalah pendidik sebagai pengembang kurikulum


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. PAUD bertujuan mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
PAUD merupakan pendidikan yang paling fundamental karena perkembangan anak di masa selanjutnya sangat ditentukan oleh berbagai stimulasi bermakna yang diberikan sejak dini. Pendidikan anak usia dini harus dipersiapkan secara terencana dan bersifat holistik-integratif agar di masa emas perkembangan anak mendapatkan stimulus yang utuh, untuk mengembangkan berbagai potensiyang dimilikinya. Upaya yang dapat diakukan daam rangka pengembangan potensi tersebut melalui program pendidikan yang terstruktur. Komponen untuk pendidikan yang terstruktur adalah kurikulum.
            Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum  adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum sebagai kerangka kerja (framework) yang berisi rencana dan implementasi sebuah program untuk mengembangkan semua aspek perkembangan anak dalam menyiapkan anak mencapai keberhasilan di sekolah dan tahap selanjutnya. Kurikulum memberikan pengalaman belajar yang bermakna, menarik, dan berkualitas tinggi.
            Kurikulum PAUD harus mampu memberikan kontribusi kepada anak untuk mengembangkan seluruh potensinya sehingga memiliki kemampuan yang berharga dalam mencapai keberhasilan di jenjang pendidikan berikutnya. Kurikulum memandu pendidik dan tenaga kependidikan dalam memfasilitasi program pendidikan berkualitas yang mendukung tercapaiknya tujuan pedidikan. Kurikulum menjadi panduan dalam penyiapan sumber daya manusia berkualitas di masa datang yang dapat mengisi kebutuhan tenaga terdidik yang terampil sesuai dengan perkembangan pengetahuan, teknologi, dan pembangunan.
Berdasarkan uraian diatas makalah ini akan menjelaskan tentang pendidik dalam kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini.

B.     Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang diatas, maka pertanyaan-pertanyaan penting yang dirumuskan dalam makalah ini diantaranya sebagai berikut:
1.      Apa makna pendidik?
2.      Bagaimana peran strategis pendidik sebagai pengembangan kurikulum?
3.      Bagaimana standar kompetensi pendidik anak usia dini?
4.      Apa pendidik dan anak didik?
5.      Apa pendidik dan orang tua anak didik?
6.      Apa pendidik dan penelitian?
7.      Apa pendidik dan sertifikasi atau lisensi?
8.      Bagaimana pendidik dan keterampilan berkomunikasi?

C.     Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan pertanyaan-pertanyaan penting yang dirumuskan dalam makalah ini maka makalah ini bertujuan diantaranya sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui makna pendidik
2.      Untuk mengetahui peran strategis pendidik sebagai pengembang kurikulum
3.      Untuk mengetahui standar kompetensi pendidik anak usia dini
4.      Untuk mengetahui pendidik dan anak didik
5.      Untuk mengetahui pendidik dan orang tua anak didik
6.      Untuk mengetahui pendidik dan penelitian
7.      Untuk mengetahui pendidik dan sertifikasi atau lisensi
8.      Untuk mengetahui pendidik dan keterampilan berkomunikasi
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Makna Pendidik
Pendidik yang biasanya disebut guru berasal dari bahasa sansekerta “gu” yang berarti kegelapan dan “ru” yang berarti penghancur, jadi guru disebut dengan pengahancur kegelapan dan memberikan cahaya atau penerangan untuk peserta didik pada khusunya dan untuk masyarakat umumnya. Sebagai pendidik profesional di Indonesia pendidik harus memberikan teladan dan sumber inspirasi bagi anak didik.
Menurut Eberts & Gisler (2008) hal yang terpenting untuk menjadi seorang pendidik PAUD adalah harus mengetahui perkembangan tentang anak didik, mampu membuat program unutk mendidik anak didik menjadi manusia yang seutuhnya.

B.     Peran Strategis Pendidik Sebagai Pengembang Kurikulum
Pendidik sangat penting dalam pengembangan kurikulum di sekolah, menurut Bullock (2011) tugas utamanya adalah mengajar, pada pekerjaannya pendidik melayani peserta didik agar dapat mencapai target-target yang ingin dicapai oleh pendidik walaupun denagn latar belakang yang berbeda pada setiap anak berbeda-beda pendidik harus menghadapi anak tersebut dengan sebaik mungkin karena pendidik semestinya harus memebrikan pengetahuan yang bisa di ingat anak dalam jangka waktu yang panjang .
Menurut Burton & Brundett (2005) pendidik harus menunjukkan pemahaman yang optimal untuk menerapkan pengetahuan dari 5 bidang yang berbeda, diantaranya:
1.      Subject Knowledge: menunjukkan pemahaman tentang sifat dan konseptual utama dari bidang studi yang akan diajarkannya.
2.      Curriculum Knowledge: memahami, mengapreisasi, mengaplikasi, serta meyakini kurikulum nasional.
3.      Pedagogic Knowledge: memiliki kemampuan untuk menerapakan strategi pembelajaran yang paling tepat untuk meningkatakan efektivitas embelajaran.
4.      Pupil knowledge: memiliki pemahaman tentang kekuatan dan kebutuhsn anak didik di kelasnya sehingga dapat membangun kesempatan yang sesuai.
5.      Organization knowledge: memiliki pemahaman untuk dapat mengatur atau mengelola kelas dan memanfaatkan waktu dan sumber daya yang dapat memberikan kesempatan belajar bagi anak.
Sebagai pengembang kurikulum pendidik pendidik harus memahami kurikulum yang sudah dibuat oleh pemerintah dan sudah dicantumkan di Permendikbud. Realisasi konkrit dari dokumen kurikulum yang telah dikembangkan pada level nasional, daerah, sekolah, dan kelas adalah perencanaan pembelajaran yang disusun oleh pendidik, yaitu penyelenggaraan proses pembelajaran. Dalam konteks pembelajaran inilah peran strategi pendidik sebagai pengembang kurikulum. Anderson (2010) mengemukakan beberapa kategori utama yang harus diperjuangkan anatra lain:
a.       Memenuhi kebutuhan paling dasar (Meeting Our Most Basic Needs)
b.      Memiliki hubungan yang baik (Belonging)
c.       Signifikansi
d.      Keterlibatan Positif (Positive Engagement)
e.       Seimbang (Balance)
Prinsip-prinsip dasar yang dipakai sebagai landasan dalam pengembangan kurikulum adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya menurut Abdullah Idi adalah sebagai berikut:
1. Prinsip Relevansi; yaitu kesesuaian antara lulusan suatu sekolah dengan tuntutan kehidupan yang ada pada masyarakat. Masalah relevansi ini setidaknya dapat dilihat dari tiga segi yaitu; (a) relevansi pendidikan dengan lingkungan siswa atau masyarakat, (b) relevansi dengan tuntutan pekerjaan, (c) relevansi dengan perkembangan kehidupan sekarang dan akan datang, (d) relevansi pendidikan dengan ilmu pengetahuan.
2. Prinsip Efektifitas; yaitu sejauh mana perencanaan kurikulum yang dicapai sesuai dengan keinginan yang ditentukan. Efektifitas dapat dilihat dari dua sisi yaitu, efektiftas mengajar pendidikan dan efektifitas belajar anak didik.
3. Prinsip Efisiensi; yaitu segala usaha, biaya, waktu dan tenaga yang digunakan untuk menyelesaikan program pengajaran tersebut sangat optimal dan hasilnya bisa seoptimal mungkin, tentunya dengan pertimbangan yang rasional dan wajar.
4. Prinsip Kontinuitas (Kesinambungan); yaitu adanya saling terkait antara tingkat pendidikan, jenis program pendidikan dan bidang studi.
5. Prinsip Fleksibilitas (Keluwesan); artinya tidak kaku, dan ada semacam ruang gerak yang memberikan kebebasan dalam bertindak. Kebebasan peserta didik dalam memilih program yang disenangi. Sedangkan bagi guru adalah kebebasan untuk mengembangkan program-program pengajaran sendiri dengan berpedoman pada ketentuan yang digariskan oleh kurikulum.
6. Prinsip Berorientasi Tujuan; bahwa sebelum bahan ditentukan, langkah yang perlu dilakukan oleh seorang pendidik adalah menentukan tujuan terdahulu.
7. Prinsip dan Model Pengembangan Kurikulum; prinsip ini memiliki maksud bahwa harus ada pengembangan kurikulum secara bertahap dan terus menerus, yakni dengan cara memperbaiki, menetapkan dan mengembangkan lebih lanjut kurikulum yang sudah berjalan setelah ada pelaksanaan dan sudah diketahui hasilnya.

C.     Standar Kompetensi Pendidik Anak Usia Dini
Menurut Morrison (2004), pendidik yang professional adalah mereka yang mampu mempromosikan standar yang tinggi untuk diri sendiri, rekan-rekan, dan anak-anak didiknya. Dalam dimensi pendidik yang professional, dimensi pribadi sangat penting mencakup semua kualitas, sikap dan perilaku yang menunjukkan sebagai seorang professional. Sebagai sorang pendidik anak usia dini diantaranya harus memiliki:
1.      Sifat Karakter
Etika perilaku yang memiliki moral yang tinggi dan nilai-nilai adalah salah satu kualitas karakter pribadi yang sangat penting. Pendidik yang professional melukan praktiknya dengan cara yang legal dan secara etis tepat. Pendidik yang professional ingin melakukan apa yang benar dalam hubungannya dengan anak didik, kolega, dan oran tua anak didiknya. Pendidik mendasarkan pengetahuannya pada kode etika professional. Kesopanan (civility) merupakan karakteristik pribadi penting yang kedua. Hal ini mencangkup kasih sayang, kesabaran, dan tindakaan kebaikan dan selalu mempunyai jiwa penolong. Selain itu, pendidik professional harus menunjukkan ciri-ciri karakter; kesopanan, dedikasi, hormat, kejujuran, kecerdasan dan motivasi.
2.      Kualitas Emosional
Beberapa kualitas emosiomal yang angat penting untuk menjadi awal sukses pendidik professional adalah cinta dan ormat terhadap anak didik, memahami kondisi anak didik dan keluarganya, kasih sayang, empati, keramahan, kebaikan, sensitivitas, kepercayaan, toleransi, kehangatan san peduli. Bagi para pendidik professional, peduli adalah yang paling penting dari berbagai kualitas emosional. Pendidik yang professional peduli terhadap anak didiknya, menerima dan menghormati semua anak didik, budaya dan latar belakang, sosial ekonomi mereka.
3.      Kesehatan Fisik
Menjadi ehat dan bugar merupakan bagian penting dari praktik professional. Bila pendidik sehat, tentu saja ia bisa melakukan yang terbaik dan menjadi yang terbaik. Ketika pendidik berlatih dengan baik kebiasaan hidup sehat, seperti makan yang seimbang, diet dan tetap sehat secara fisik, itu berarti pendidik memberikan contoh yang baik bagi anak didiknya. Kesehatan dan hidup sehat sangat penting untuk energi, antusias dan stamina yang baik. Semua itu adalah kebutuhan dan tuntuna dalam belajar.
4.      Kesehatan Mental
Kesehatan mental yang baik sama pentingnya dengan kesehatan fisik yang baik. Kesehatan mental yang termasuk memiliki pandangan positif tentang kehidupan, profesi, dan amsa depan. Pendidik yang memiliki kesehatan mental yang baik sangat memungkinkan untuk menanamkan kebiasaan kesehatan mental yang baik pula kepada anak didiknya. Beberapa karakteristik seperti optimis, perhatian, percaya diri, dan harga diri. Jika pendidik memiliki kesehatan mental yang baik, maka pendidik tersebut akan terus mencoba dan mencoba lagi, dan pendidik percaya dengan makna gelas setengah penuh buakan setengah kosong. 

Gordon & Browne (2013) mengemukakan bahwa terdapat delapan atribut penting bagi pendidik professional, yaitu :
a.       Memiliki pengetahuan dan keterampilan
Terdapat pengetahuan utama (body of knowledge) dan dasar-dasar pendidikan yang diasumsikan dari siapa pun yang memasuki profesi pendidik harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar mengajar, termasuk metode dan teknik yang tepat untuk mengajar. Shulman (Bullock, 2011) menawarkan “kategori dasar pengetahuan” yang harus dimiliki oleh pendidik professional: pengetahuan tentang isi kurikulum; pengetahuan pedagogis secara umum; pengetahuan tentang anak didik dan karakteristiknya; pengetahuan tentang konteks pendidikan; dan pengetahuan tentang tujuan pendidikan dan nilai-nilai esensial pendidikan.
b.      Mematuhi kode etik
Kode etik meliputi empat bagian, yaitu 1) tanggung jawab terhadap anak didik; 2) tanggung jawab terhadap keluarga; 3) tanggung jawab terhadap rekan-rekan; 4) tanggung jawat terhadap masyarakat sekitar dan masyarakat luas. Contoh komitmen untuk kode etik pertama adalah sebagai berikut.
·         Menghargai anak didik sebagai individu yang unik dan merupakan tahapan kehidupan yang berharga dari siklus kehidupan manusia.
·         Bekerja berdasarkan pada pengetahuan tentang perkembangan individu anak didik
·         Menghargai dan mendukung hubungan dekat antara anak didik dan keluarganya.
·         Menyadari, bahwa anak didik akan belajar yang terbaik dalam konteks keluarga, budaya dan masyarakat
·         Menghormati martabat, kekayaan, dan keunikan masing-masing individu (anak didik, anggota keluarga dan rekannya)
·         Membantu anak usia didik mencapai potensi penuh dalam konteks hubungan yang berdasarkan kepercayaan, rasa hormat, dan hal positif lainnya.
c.       Pendidikan berkelanjutan dan pengembangan profesional
Kelas yang kreatif senantiasa memotivasi anak didik untuk belajar adalah produk dari pendidik yang terus belajar lebih lanjut tentang cara mengajar. Setelah tahap awal mengajar, banyak pendidik mulai mencari tantangan yang baru dan cara-cara baru untuk meningkatkan kualitas mengajarnya. Biasanya, pencarian ini dilakukan melalui beberapa bentuk aktivitas, seperti melanjutkan pendidikan, partisipasi dalam workshop, kursus, atau seminar, mengikuti kegiatan diskusi sesame profesi, membaca buku-buku yang relevan tentang profesinya, dan sebagainya.
d.      Afiliasi professional
Sebagai profesi, pendidik dapat memilih untuk bergabung dengan salah satu organisasi profesi yang terkait dengan bidangnya. Dengan demikian, pendidik dapat memenuhi kriteria untuk menjadi berstandar. Untuk mengidentifikasi diri sebagai pendidik yang professional, tentunya akan menjadi terus-menerus menyadari pentingnya melakukan penelitian dan melakukan praktik terbaik dilapangan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan, yaitu bergabung menjadi anggota dalam organisasi yang relevan dengan profesinya. Sumber informasi begitu berlimpah tersedia dari kelompok-kelompok organisasi tersebut, dan pada umumnya memiliki website  yang menyediakan berbagai sumber informasi terkini. Semua itu dapat dimanfaatkan untuk pengembangan diri pendidik secara berkelanjutan.
e.       Pengetahuan terkait dengan pengembangan dan pilihan karier
Kebutuhan untuk pengembangan program-program pendidikan yang berkualitas sangat beragam. Selain berkarier menjadi pendidik, banyak angota masyarakat dan orang tua meminta keahlian khusus untuk memberikan layanan pendidikan. Seperti untuk pendidikan anak usia dini, banyak dan beragam pilihan yang dapat dipertimbangkan seperti bekerja menjadi konsultan tumbuh kembang anak usia dini, atau terapis keluarga anak, atau organizer dalam acara-acara di masyarakat terkait dengan anak usia dini, desainer interior untuk ruang anak-anak, spesialis gizi untuk anak-anak, penitipan anak, layanan langusng untuk anak dan keluarga, spesialis kurikulum, penelitian perkembangan anak, san sebagainya. Semua itu akan dipahamu dengan baik oleh pendidik yang profesional.
f.       Kompetensi budaya
Kompetensi ini terkait dengan kesadaran budaya dan kepekaan dalam banyak konteks; seperti terkait dengan anak didik dilihat dari keragamannya, perbedaan kelas sosial; pengaruh budaya, sensitivitas terhhadap budya dan keluarga; budaya bimbingan yang tepat; perubahan budaya keluarga dan masyarakat; budaya kurikulum yang sesuai, seperti kurikulum inklusif, kurikulum multikultural, dan budaya pendidikan responsif; pendidikan multikultural, pendidikan bilingual, perbedaan kelas, bermain bersama, isu-isu gender, dan seksualitas. Saat ini, pendidik harus mampu membangun keluarga yang kuat dan membangun hubungan dengan masyarakat pada semua jenis keanekaragaman budaya. Hal ini membutuhkan pola piker pluralistic dan kemampuan untuk berkomunikasi lintas budaya dan keadaan individual. Pendidik harus menjadi pribadi yang mandiri dan professional dalam pejalanan kairiernya, mampu melalui masa-masa yang luar biasa untuk mempersiapkan anak didik untuk hidup di dunia keanekaragaman, yaitu era globalisasi.
g.      Advokasi
Pada umumnya saat ini, anak didik perlu pendukung untuk berbicara tentang isu-isu bagi mereka dan keluarganya, mulai dari perawatan kesehatan untuk pendidikan bagi anak-anak dari keluarga miskin, peningkatan kualitas professional, staf dan upah. Sebagai tenaga professional harus memilih jalur yang tepat dalam memberikan suara terkait dengan isu-isu tentang anak didik dan untuk mendidik masyarakat tentang isu-isu tersebut. Pembuat kebijakan publik tingkat lokal dan nasional perlu mendengar dari orang-orang yang dapat bebicara bagi mereka yang tidak bisa berbicara. Bagian dari peran pendidik professional adalah bergabung menyuarakan dukungannya terhadap reformasi pendidikan dan pengajaran, menjadi sukarelawan untuk memberi dukungan dan turut serta memantau kebijakan publik di tingkat lokal dan nasional. Dalam berpartisipasi, tentu saja turut serta menyuarakan tuntutan tersebut, sedangkan bagi pendidik harus memilih cara-cara yang dibenarkan sesuai dengan kode etik profesi.
h.      Menjadi pendidik seutuhnya
Menjadi pendidik seutuhnya melalui berbagai pengalaman dalam mengikuti berbagai pendidikan sesua profesinya, dari sejak pengalamannya dalam meniti karier untuk menjadi tenaga pendidik yang professional, pada akhirnya akan membentuk pribadi yang alami dari tiap-tiap pendidik (personal style and nature). Menemukan dan menentukan peran pendidik berarti mengembangkan gaya pengajaran pribadi. Hal ini dibentuk atas dasar sejumlah respon pendidik terhadap pengajarannya, dan itu adalah unik untuk tiap-tiap pendidik. Ketika itu terjadi, seorang pendidik mulai sadar bahwa ia “merasa” seperti seorang pendidik. Kekuatan dan keyakinan sebagai pendidik merupakan campuran dari berbagai respon yang tidak terpisahkan.

D.    Pendidik Dan Anak Didik
Pendidik yang profesional dalam menciptakan aktivitas belajar, harus memahami bagaimana memberikan berbagai pengalaman yang mendukung kepada anak didik, baik perkembangan intelektual, sosial, dan emosional, maupun perkembangan fisik mereka. Peran pendidik dalam kegiatan tersebut adalah untuk mengembangkan pemahaman anak didik melalui pemikiran bersama secara berkelanjutan. Ketika berinteraksi dengan anak didik, pendidik harus memenuhi dan mengarahkan proses perkembangan mereka, sensitif dalam memberikan masukan terkait dengan masalah yang dihadapi anak didik, dan membantu anak didik bergerak pada kemampuan berpikir ke tingkat berikutnya.
Anak didik belajar dengan baik ketika mereka secara aktif terlibat dengan situasi yang masuk akal bagi mereka dan pengaturan yang sukses akan memberikan berbagai peluang. Aktivitas harus dirancang sedemikian rupa dengan hati-hati sehingga ketentuan dalam pengaturannya meliputi enam area belajar dan pengembangan, yaitu:
1.      Pengembangan pribadi, sosial, dan emosional
2.      Komunikasi, bahasa, dan keaksaraan
3.      Penyelesaian masalah, penalaran, dan berhitung
4.      Pengetahuan dan pemahaman tentang dunia
5.      Perkembangan fisik dan
6.      Pengembangan kreatif
Menurut Ferguson (2006), pendidik akan menghabiskan sebagian besar hari kerjanya di dalam kelas. Fasilitas setiap sekolah tentunya bervariasi dari yang hanya memiliki satu kelas hingga memiliki bangunan besar, ukuran kelas juga bervariasi. Selain itu, pendidik juga akan bervariasi dalam menghadapi beragam anak didik, seperti beberapa sekolah ada yang melayani hanya beberapa puluh anak didik, sementara yang lain melayani beberapa ratus anak didik. Anak didik di dalam kelas mungkin ramai dan berisik, tapi pendidik yang mencintai anak didiknya akan menikmati semua kondisi dan aktivitas tersebut.

E.     Pendidik Dan Orang Tua Anak Didik
Ferguson (2006) mengemukakan pula, bahwa pendidik harus mampu bekerja sama dengan orang tua masing-masing anak didik. Pendidik dapat mengajak orang tua dari anak didiknya untuk datang ke sekolah dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengamati anaknya. Atau pendidik dapat pergi bersama dengan orang tua pada saat perjalanan lapangan sesuai dengan program kelasnya. Pada saat itu, pendidik dapat mengambil kesempatan berbicara dengan orang tua anak didik untuk membahas kemajuan anak didiknya, serta msalah-masalah pada umumnya atau masalah-masalah khusus yang dihadapi anak didik. Bahkan, pendidik dapat meminta orang tua setiap anak didik untuk mengamati perkembangan anak di rumahnya.
Menurut Smidt (2007), saat ini sangat diakui bahwa semua orang sudah berpikir bahwa keterlibatan orang tua dalam pendidikan merupakan hal yang baik, tetapi dalam kenyataannya sangat kompleks. Dalam hal partisipasi orang tua, ada banyak bukti yang terdokumentasi menunjukkan bahwa adanya orang tua dan pendidik bekerja sama, maka anak didik akan berkembang lebih baik. Smidt (2007) mengemukakan beberapa prinsip yang dapat diikuti, di antaranya sebagai berikut.
1.      Pendidik menghormati dan memahami peran masing-masing orang tua, terutama sebagai pendidik utama.
2.      Pendidik berbicara dengan orang tua tentang harapan mereka terhadap sekolah dan menjelaskan kepada orang tua tentang kurikulum, aktivitas rutinitasnya, upaya-upaya yang akan dilakukan, dan filosofinya.
3.      Pendidik berbicara kepada orang tua tentang anak mereka tentang perkembangannya, termasuk setiap keprihatinan mereka.
4.      Pendidik harus meyakinkan orang tua, bahwa selama anak berada di sekolahnya dengan semua kebijaksanaan, dan dengan bijaksana dapat memberikan waktu bagi anak-anak untuk menjadi aman.
5.      Pendidik menyambut orang tua dan menunjukkan bukti menerima keberagaman dari budaya dan bahasa mereka di sekolah.
6.      Pendidik mengenal orang tua anak terkait dengan pengetahuan khusus, keterampilan, dan keahlian yang dimiliki orang tua anak-anak, untuk digunakan dalam mendukung kegiatan pembelajaran yang ditawarkan.
7.      Pendidik harus mampu memberikan informasi kepada orang tua tentang apa yang akan dilakukannya untuk program harian, mingguan, dan dalam jangka waktu lama.
8.      Pendidik harus terus memberikan informasi kepada orang tua tentang apa yang anak-anak lakukan dalam belajar di sekolah.
9.      Pendidik harus memberikan kesempatan kepada orang tua untuk memiliki kesempatan untuk berkontribusi pada asesmen yang dibuat untuk anak-anak mereka sendiri (seperti membuat catatan dan profil anak).
10.  Pendidik dapat mengundang orang tua untuk membaca dengan anak-anak dan bermain game dengan mereka seperti di rumahnya sehingga hubungan sekolah dan rumah menjadi harmonis.
Pendidik perlu melibatkan orang tua anak didik, alasannya adalah sebagai berikut:
a.       Orang tua memiliki hak dan sekolah dalam hal ini pendidik harus bertanggung jawab kepada orang tua.
b.      Orang tua dapat memiliki efek positif pada pencapaian dan kemajuan anak-anak mereka di sekolah. Apa yang dapat dilakukan anak-anak di rumah sesuai program sekolah, maka orang tua dapat dilibatkan untuk membantu anak-anaknya. Hal ini merupakan keuntungan bagi sekolah atau bagi pendidik dalam membantu kesuksesan anak didiknya.
c.       Keterlibatan orang tua di sekolah dapat membantu meminimalkan konflik antara nilai-nilai rumah dan sekolah.
d.      Keterlibatan orang tua di sekolah memiliki efek positif untuk orang tua itu sendiri. Di mana orang tua diundang untuk aktif terlibat dalam kegiatan anak. Dengan demikian, orang tua akan memperoleh wawasan terkait dengan tugas pendidik dalam memfasilitasi perkembangan anak dan bagaimana cara-cara yang benar dilakukan oleh pendidik akan dipelajari oleh orang tua untuk ditindaklanjuti di rumah.
e.       Keterlibatan orang tua di sekolah dapat memiliki efek positif untuk pendidik dan pekerjanya. Dalam hal ini, pendidik dapat memiliki kesempatan untuk belajar lebih banyak tentang orang tua dan anak, nilai-nilai, dan prinsip-prinsip yang diterapkan dalam kehidupan anak.
f.       Orang tua dapat menawarkan pekerjaan dan mendukung pendidik. Di mana kemitraan dengan orang tua didirikan, dukungan dari orang tua menjadi alat yang ampuh ketika pendidik atau sekolah akan mengadakan perubahan dan peningkatan kualitas. Ada banyak contoh orang tua mengambil tindakan dalam rangka memastikan bahwa sekolah memperoleh tempat yang lebih baik dalam mendukung untuk gaji dan kondisi yang lebih baik.

Bagaimana melibatkan orang tua agar menjadi mitra yang sejajar dalam mensukseskan program sekolah? Berikut ini beberapa hal yang dapat dilakukan dalam membangun kemitraan sejati.
1)      Pendidik berkunjung ke rumah anak (home visiting), dari pihak sekolah seperti pendidik berkunjung ke rumah anak-anak, dengan seizin orang tua anak.
2)      Orang tua dan anak diundang ke sekolah pada awal tahun ajaran ataupun pada saat acara-acara istimewa dengan menggunakan surat undangan dan penerima kunjungan yang dipersiapkan dengan baik sehingga orang tua dan anak merasa dihargai dan diakui.
3)      Membuat buku penghubung antara sekolah dan orang tua yang berisikan laporan tentang kemajuan perkembangan anak.
4)      Membuat jadwal pertemuan rutin antara pendidik dan orang tua untuk mendiskusikan berbagai hal mengenai perkembangan anak.
5)      Orang tua perlu dan harus terlibat dalam penilaian kemajuan perkembangan anak, terutama dengan cara mengamati perkembangan anak-anak selama ada di rumah. Dalam hal ini, pendidik dapat menyediakan lembar pengamatan yang dapat diisi untuk merekam hasil pengamatan orang tua.
6)      Melibatkan orang tua dalam kehidupan sehari-hari di sekolah, seperti mengundang orang tua untuk membantu di siang hari. Bantuan ini dapat bervariasi, misalnya membaca untuk anak-anak, memasak dengan anak-anak, atau mendampingi anak-anak saat berkunjung ke suatu objek. Dalam hal ini, sebaiknya pendidik menjelaskan apa tugas orang tua dalam keterlibatannya dengan anak-anak, hal ini sangat penting.
7)      Mengerjakan proyek di rumah, maksudnya orang tua diminta untuk membantu anak mengerjakan tugas-tugas yang harus diselesaikan selama anak berada di rumah. Dalam hal ini, pendidik dapat memberikan informasi terlebih dahulu kepada orang tua tentang peran orang tua dalam membantu anaknya.
8)      Menawarkan kesempatan belajar kepada orang tua. Hal ini baik dilakukan untuk menambah wawasan bagi orang tua. Idealnya, program ini harus mampu menanggapi hal-hal yang dianggap penting dan orang tua perlu tahu lebih banyak. Hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan program ini, bahwa mendidik orang tua harus dilakukan atas dasar dan tidak dalam cara yang merendahkan.

F.      Pendidik Dan Penelitian
Perry (2004) mengemukakan bahwa mengajar adalah suatu proses yang komplek dan menantang karena tidak ada cara yang terbaik  ( best way ) dalam mengajar. Hal itu mewajibkan pendidikan secara aktif melibatkan diri dalam proses mencari solusi untuk masalah – masalah dan isu – isu yang terus menerus muncul. Keterlibatan aktif dalam mencari cara terbaik ini dianggap sebagai bentuk ‘action research’. Untuk menjadi pendidikan profesional dalam mengajar, metode yang dapat membantu pendidikan di antaranya:
1.      Mengembangkan pengetahuan sendiri tentang pengajaran hal ini merupakan aspek penting untuk menjadi seorarng pendidik dalam mengembangkan pengetahuan sendiri terkait dengan teori tentang mengajar dan berdasarkan pengalaman pendidikan dapat mengembangkan teori sendiri.
2.      Memperoleh dan menyempurnakan krterampilan praktis dalam mengajar dan
3.      Melakukan penelitian secara berkelanjutan untuk tumbuh sebagi seorang pendidik yang seutuhnya.
Terkait dengan upaya untuk menjadi pendidik yang profesional dalam mengajar, ada peningkatan jumlah bukti secara nasional dan internasional untuk menunjukkan bahwa pendidikan yang berkualitas memiliki efek positif jangka panjang terhadap perkembangan anak didiknya (Curtis & O’Hagan, 2003). Pemerintah diseluruh dunia, mulai menyadari bahwa masalah pendidikan merupakan masalah krusial. Bahkan, pendidikan yang berkualitas kesuksesannya lebih dari memberikan anak didik dengan berbagai fakta atau keterampilan kognitif, tetapi yang utama adalah pentingnya memberdayakan anak didik dan menyediakan mereka dengan kesempatan utuk brlajar bagaimana belajara. Hal ini terkait dengan uoaya untuk menyediakan sumbrer daya mampu menghadapi tantanagan dan kegagalan dan untuk membantu mereka memahami bahwa prestsai dapat dicapai melalui adanya ketekunan, motivasi,dan kecerdasan.
G.    Pendidik Dan Sertifikasi Atau Lisensi
Menurut Ferguson (2006), sertifikasi sebagai pendidik profesional sanagt diperlukan. Kriteria sertifikat menjadi salah satu aspek penilaian yang harus dipenuhi oleh pendidik, atau merupakan persyaratan pendidikan yang harus dipenuhi manakala memilih karir menjadi pendidik. Menurut Stronge (2007) dikebanyakan negara, status pendidikan yang memiliki sertifikasi berkaitan dengan latar belakang pendidikan, skor pada tes pedagogis atau pengetahuan konten, atau keduannya. Lebih lanjut dikemukakan, bahwa pendidik yang memiliki sertifikasi didefinisikan sebagai “pendidik yang berkualitas tinggi“ (highly qualified teacher)
            Stronge (2007) mengemukakan beberapa temuan penting dari penelitianyang berkaitan dengan masalah keseluruhan standar sertifikasi pendidik dan efektivitas pendidikan dalam mengajar di antranya sebagai berikut :
1.      Pendidik berserifikasi sebagai pendidik profesional akan sepenuhnya mempersiapkan diri dalam mengajar. Hal ini memiliki dampak lebih besar terhadap keberhasilan belajar anak didik dibandingkan dengan pendidik yang tidak memiliki sertifikasi sebagai pendidik profesional.
2.      Pendidik yang bestatus memiliki sertifikasi sebagai pendidik profesiona dan mengajar dalam bidangnya mempunyai hubungan positif dengan hasi yang dicapai anak didik.
3.      Pendidik yang berstatus memiliki sertifikasi sebagai pendidik profesional dari beberapa jenis (standar, alternatif, atau sementara) anak didiknya cenderung mencapai prestasi lebih tinggi daripada pendidikan yang bekerja tanpa memiliki sertifikasi.
4.      Anak didik yang belajar dengan pendidikan yang memiliki sertifikasi strandar, dalam mata pembelajarannya mencapai skor 7 sampai dengan 10 poin. Skor ini lebih tinggi pada tes matematika daripada anak didik yang diajarkan oleh pendidikan yang tidak memiliki sertifikasi dibidangnya.
5.      Be erapa studi telah menunjukkan hubungan antara sertifikasi dan standar praktik mengajar pendidik  (misalnya , hand-on learning, connections to student experiences). Praktik pendidikan ini telah ditemukan bahwa dalam menciptakan pembelajaran pada umumnya menjadi efektif dalam mendukung presentasi anak didiknya.

H.    Pendidik Dan Keterampilan Berkomunikasi
            Seorang pendidik harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik. Pendidik yang baik adalah pendidik yang memiliki kompetensi dalam mengajar. Salah satu cirinya yaitu mampu berkomunikasi secara efektif dengan anak didiknya (Biggs & Tang, 2011). Stronge (2007) mengemukakan beberapa hasil penelitian terkait dengan kemampuan pendidik yang memiliki kemampuan verbal pengaruh terhadap prestasi belajar anak didiknya. Salah satu temuan kunci, yaitu bahwa anak didik yang diajarkan oleh pendidik dengan kemampuan verbal yang baik, cenderung memiliki prestasi akademik yang lebih baik dari pada  anak didik yang diajarkan oleh pendidik dengan kemampuan verbal yang lebih rendah. Alasannya, pendidik yang memiliki kemampuan verbal yang baik dapat lebih efektif menyampaikan ide kepada anak didiknya dan dapat berkomunikasi dengan anak didik secara jelas, juga dengan cara yang menarik. Kesimpulan tersebut ditarik dari beberapa penelitian, diantaranya sebagai berikut:
1.      Skor pendidik pada tes kemampuan verbal merupakan faktor yang memiliki hubungan positif langsung terhadap prestasi belajar anak didik.
2.      Anak didik yang diajarkan oleh pendidik dengan kemampuan verbal yang tinggi, cenderung tampil lebih baik pada tes standar dari pada anak didik yang diajarkan oleh pendidik dengan kemampuan verbal yang lebih rendah.
3.      Ada hubungan positif antara prestasi anak didik dan pendidik dengan kemampuan verbal yang tinggi.
Craid & Deretchin (2011) mengemukakan, banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh pendidik. Salah satunya yang termasuk penting untuk dikuasai oleh pendidik adalah memiliki kemampuan dalam membuat humor. Bagi calon pendidik humor merupakan keterampilan yang harus dipelajari. Humor erat kaitannya dengan kemampuan berbahasa, maksudnya orang kecerdasan berbahasanya tinggi akan mampu membuat variasi penggunaan bahasa sebagai daya tariknya dalam berkomunikasi.
Selain berbagai tuntutan kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap pendidik, NAEYC’S (Gordon & Browne 2011) mengemukakan standar yang harus dimiliki pendidik anak usia dini, terkait dengan apa yang harus diketahui dan dilakukan saat ini, diantaranya sebagai berikut:
a.       Mendorong anak berkembang dan belajar
Pendidik anak usia dini yang profesional harus:
1.      Memahami apa yang menjadi minta anak
2.      Memahami apa yang mempengaruhi perkembangan anak
3.      Menggunakan pemahamannya untuk menciptakan lingkungan yang dapat membuat semua anak berkembang dengan pesat
b.      Membangun hubungan dengan keluarga dan masyarakat
Pendidik anak usia dini yang profesional harus:
1.      Memahami nilai keluarga anak dan masyarakat
2.      Menciptakan hubungan yang sangat respek dan resiprokal
3.      Melibatkan semua keluarga dalam perkembangan dan belajar anak
c.       Mengobservasi, mendokumentasikan, dan menilai
Pendidik anak usia dini yang profesional harus:
1.      Memahami tujuan asesmen atau penilaian
2.      Menggunakan strategi penilaian yang efektif
3.      Menggunakan penilaian secara bertanggung jawab dan secara positif
4.      Memberikan pengaruh terhadap perkembangan dan belajar anak
d.      Mengajar dan belajar
Pendidik anak usia dini yang profesional harus:
1.      Membangun hubungan yang dekat dengan anak dan keluarga
2.      Menggunakan pengembangan strategi mengajar dan belajar secara efektif
3.      Memiliki pengetahuan dan disiplin akademik atau area konten
4.      Menggabungkan semua itu untuk memberikan pengalaman yang dapat mendorong anak berkembang dan belajar
e.       Menjadi profesional
Pendidik anak usia dini yang profesional harus:
1.      Mengidentifikasi dirinyasebagai pendidik profesional
2.      Mampu mengarahkan dirinya sebagai pendidik profesional
3.      Secara kontinu menjadi pembelajar yang kolaboratif
4.      Berfikir reflektif dan kritikal
5.      Penyokong atau pendukung bagi anak, keluarga anak didik, dan profesinya

Terkait dengan kompetensi pendidik anak usia dini, Wardekker (Oers 2012) mengemukakan kerangka kerja yang berlaku umum untuk kompetensi pendidik di Belanda mengakui tujuh bidang kompetensi yaitu:
1.      Kompetensi interpersonal
2.      Kompetensi dalam proses kelompok
3.      Kompetensi dalam pengetahuan konten dan prosedur pembelajaran
4.      Kompetensi dalam mengorganisir
5.      Kompetensi dalam bekerja sama dengan teman sejawat
6.      Kompetensi dalam bekerja sama dengan lingkungan sekitar sekolah
7.      Kompetensi dalam melakuan refleksi

Dalam permendikbud No. 137 tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini dikemukakan bahwa seorang pendidik haus memiliki empat kompetensi yaitu:
1.      Kompetensi Pedagogis
a.       Mengorganisasikan aspek perkembangan sesuai dengan karakteristik anak usia dini
b.      Menganalisis teori bermain sesuai aspek dan tahapan perkembangan, kebutuhan, potensi, bakat, dan minat anak usia dini
c.       Merancang kegiatan pengembangan anak usia dini berdasarkan kurikulum
d.      Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik
e.       Memanfaatkan teknologi, informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik
f.       Mengembangkan potensi anak usia dini untuk mengaktualisasikan diri
g.      Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun
h.      Menyelenggarakan dan membuat laporan penilaian, evaluasi prose, dan hasil belajar anak usia dini
i.        Menentukan lingkup sasaran asesmen proses dan hasil pembelajaran pada anak usia dini
j.        Menggunakan hasil penilaian, pengembangan, dan evaluasi program untuk kepentingan pengembangan anak usia dini
k.      Melakukan tindakan reflektif, korektif, dan inovatif dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil pengembangan anak usia dini
2.      Kompetensi Kepribadian
a.       Bertindak sesuai dengan norma, agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional indonesia
b.      Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi anak usia dini dan masyarakat
c.       Menampilkan diri sebagai pribagi yang mantap, stabil, dewasa, arif, bijaksana, dan berwibawa
d.      Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa percaya diri, dan bangga menjadi guru
e.       Menjunjung tinggi kode etik guru
3.      Kompetensi Profesional
a.       Mengembangkan materi, struktur, dan konsep bidang keilmuan yang mendukung serta sejalan dengan kebutuhan dan tahapan perkembangan anak usia dini
b.      Merancang berbagai kegiatan pengembangan secara kreatif sesuai dengan tahapan perkembangan anak usia dini
c.       Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif
4.      Kompetensi Sosial
a.       Bersikap inklusif, objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, suku, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi
b.      Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat
c.       Beradaptasi dalam keanekaragaman sosial budaya bangsa indonesia
d.      Membangun komunikasi profesi

Implementasi kurikulum guru dituntut unuk profesional  merancang pembelajaran yang efektif dan bermakna, yang dapat dirancang oleh pendidik dengan prosedur sebagai berikut:
1.      Pemanasan dan Apersepsi
Pemanasan dan apersepsi merupakan prosedur pertama yang perlu dilakukan untuk menjajaki pengetahuan peserta didik dengan menarik untuk mengetahui berbagai hal yang baru.
2.      Eksplorasi
Eksplorasi merupakan tahapan kegitan pembelajaran untuk mengenalkan bahan dan mengaitkannya dengan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik.
3.      Konsolidasi Pembelajaran
Konsolidasi merupakan kegiatan untuk mengaktifkan peserta didik dalm pembentukan kompetensi dan karakter, serta menghubungkannya dengan kehidupan peserta didik.
4.      Pembentukan Sikap, Kompetensi, dan Karakter
Pembentukan sikap, kompetensi dan karakter peserta didik dilakukan dengan metode yang nyata.
5.      Penilaian Formatif
Penilaian formatif dilakukan untuk perbaikan yang dilakukan untuk menilai hasil pembelajaran peserta didik.








BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pendidik adalah seseorang yang berprofesi sebagai seorang Individu yang bertugas untuk menyamapaikan pengetahuan dan ilmu kepada peserta didik yang daharuskan agar pengetahuan yang disampaikan dapat di ingat dalam jangka waktu yang panjang.  Peran pendidik sebagai pengembang kurikulum pendidik pendidik harus memahami kurikulum yang sudah dibuat oleh pemerintah dan sudah dicantumkan di Permendikbud dan dalam pengaplikasiannya harus disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan anak melalui buku STPPA, pendidik memiliki tanggung  jawab untuk menjabarkan kurikulum nasional ke dalam satuan pendidikan yang dikenal dengan KTSP atau K13 sesuai dengan karakteristik yang dimiliki oleh sekolah itu tanpa mengabaikan Standart Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak yang sudah menjadi acuan nasional.

B.     Saran
1.      Pada pengaplikasian kurikulum, Pendidik harus menyesuaikan dengan STPPA karena tidak semua peserta didik proses perkembangannya sama.
2.      Pembelajaran yang dilakukan pada TK harus sesuai dengan kurikulum yang diberlakukan di TK tersebut, pendidik tidak boleh keluar dari kurikulum yang sudah ditetapkan.









DAFTAR PUSTAKA

Halimah, Leli. 2016. Pengembangan Kurikulum Pendidik Anak Usia Dini. Bandung: PT Refika Aditama
Mulyasa, H. E. 2017. Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Yulianti, dkk. Pengembangan Kurikulum  PAUD. Jurnal Inspirasi Pendidikan: FKIP Universitas Kanjuruhan Malang

0 komentar:

Posting Komentar

"Silahkan Berkomentar Susuai Topik atau Artikel di Atas Terimakasih"

Transparent Sexy Pink Heart