.

.

BENTUK_BENTUK SOSIAL ANAK USIA 0-3 TAHUN




HASIL RESUME
METODOLOGI PERKEMBANGAN SOSIAL-EMOSIONAL
“Bentuk-Bentuk Sosial Anak Usia 0-3 Tahun”










Disusun Oleh :
Mufarohah (160651100034)
Ninis Choirun Nisa (160651100035)
Iftitahur Rizqiah (160651100036)
Maulida Azizah (160651100040)
Unan Sunanniah (160651100049)
Ma'rifatul Ulya (160651100053)
Imroatul Islamiyah (160651100058)
Umroatul Hidayatin (160651100062)

           
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
Bentuk-Bentuk Sosial Anak Usia 0-3 Tahun
Bayi yang baru lahir memiliki perasaan sosial, yakni kecenderungan alami untuk berinteraksi dan melakukan penyesuaian sosial terhadap orang lain. Hal ini berkaitan dengan kondisi bayi yang sangat lemah pada saat lahir, sehingga ia sangat membutuhkan pengasuh dari orang lain dalam mempertahankan hidupnya. Oleh sebab itu, tidak heran kalau bayi dalam semua kebudayaan mengembangkan kontak dan ikatan yang kuat dengan orang yang mengasuhnya, terutama ibunya.
Kontak sosial pertama bayi dengan pengasuhnya ini diperkirakan mulai terjadi pada usia 2 bulan, yaitu pada saat bayi mulai tersenyum ketika memandang wajah ibunya. Kemampuan bayi untuk tersenyum pada usia dini tersebut berperan dalam memperkukuh hubungan ibu dan anak. Sebab, dengan tersenyum itu bayi ingin menyatakan pada ibunya bahwa ia mengenal atau mencintai-nya, dan karena itu akan mendorong ibu untuk membalas senyumannya, sehingga pada gilirannya masing-masing saling memperkuat respons sosial. Perkembangan awal kontak sosial pada bayi ini merupakan dasar bagi pembentukan hubungan sosial di kemudian hari. (Eisenberg, 1994)
Kemudian, saat bayi memasuki usia 3 atau 4 bulan, mereka semakin memperlihatkan bahwa mereka mengenali dan menyayangi anggota keluarga yang di kenalinya dengan senyuman, serta dapat menerima kehadiran orang asing. Tetapi, pada usia kira-kira 8 bulan, muncul objek permanen” bersamaan dengan kekhawatiran terhadap orang yang tidak kenal, yang disebut dengan strange anxiety (persaan malu terhadap orang yang tak dikenal) oleh orang yang dikenalnya (Myers,1996).
Setelah usia 8 bulan, seorang bayi dapat membentuk gambaran mental tentang orang-orang atau keadaan. Gambaran ini disebut skema, yang disimpan dalam memori dan kemudian diingatnya kembali untuk dibandingkan dengan situasi sekarang. Diantara skema terpenting yang dimiliki bayi usia 8 bulan adalah skema tentang wajah orang yang dikenal; ketika mereka tidak dapat menerima wajah baru dalam skema ingatan ini, mereka akan menjadi sedih (Kagan, 1984).
Pada usia 1 bulan umumnya bayi melekat erat pada orang tuanya ketika ketakutan atau mengira akan ditinggalkan. Ketika mereka bersama kembali, mereka akan mengumbar senyuman dan memeluk orang tuanya. Tidak ada tingkah laku sosial yang lebih mencolok dibandingkan dengan ketakutan ini, dan perasaan saling cinta antara bayi dan ibu ini disebut dengan attachment (keterikatan) (Myers, 1996).
Attachment adalah sebuah istilah yang pertama kali diperkenalkan oleh J. Bowlby tahun 1958 untuk menggambarkan pertalian atau ikatan antara ibu dan anak (Johnson & Medinnus, 1974). Menurut Maartin Herbert dalam The Social Sciences Encyclopedia, “attachment mengacu pada ikatan antara dua orang individu atau lebih; sifatnya adalah hubungan psikologis yang diskriminatif dan spesifik, serta mengikat seseorang dengan orang lain dalam rentang waktu dan ruang tertentu” (Kuper & Kuper, 2000). Feldman (1996), mendefinisikan attachment sebagai “ the positive vidual”. Menurut Seifert & Hoffnung (1994), attachment adalah “an intimate and enduring emotional relationship between two people, such as infant and caregiver, characterized by reciprocal affection and a periodic desire to maintain physical closeness.”
Para ahli riset dan klinis lebih menaruh perhatian pada dua jenis ikatan, yaitu keterikatan dengan orang tua dan keterikatan dengan anak-anak. Sudah diakui secara luas bahwa anak-anak secara psikologis terikat kepada orang tua mereka. Bayi-bayi manusia mula-mula mengalami keterikatan dengan ibunya dan tidak lama kemudian dengan orang dekat selain ibu (significant other) dalam pertengahan kedua usia mereka yang pertama. Kebanyakan ahli psikologi perkembangan mempercayai bahwa attachment pada bayi merupakan dasar utama bagi pembentukan kehidupan sosial anak dikemudian hari. Menurut J. Bowbly, pentingnya attachment dalam tahun pertama kehidupan bayi adalah karena bayi dan ibunya secara naluriah memiliki keinginan untuk membentuk suatu keterikatan. Secara biologis, bayi yang baru lahir diberi kelengkapan untuk memperoleh perilaku keterikatan denagn ibunya. Bayi menangis, menempel, merengek, dan tersenyum. Kemudian, bayi merangkak, berjalan perlahan-lahan, dan mengikuti ibunya. Semua tingkah laku ini tidak lain adalah untuk mempertahankan agar ibu selalu dekat dengannya. Pada waktu yang sama, ternyata ibu juga memiliki rasa keterikatan dengan bayinya. Ketika perasaan keterikatan dengan bayi itu muncul, ibu akan terlihat suka mengajak bayinya berbicara atau bercanda, menenangkannya, mengayun-ayunkan, serta berusaha memenuhi kebutuhan bayi dengan sebaik-baiknya.
Bowbly lebih jauh menjelaskan bahwa attachment berkembang melalui serangkai tahap, yang sebagian ditentukan oleh perubahan-perubahan kognitif dan sebagian oleh interaksi yang benar-benar alami antara bayi dan pengasuhnya. Sebagaimana terlihat dalam table 4.7, Bowbly mengidentifikasi empat tahap perkembangan attachment pada bayi.
Tabel 4.7
Tahap-tahap Pembentukan Attachment
Tahap
Usia/Bulan
Tingkah/Laku
Tahap 1
Indiscriminate sociabillity

Tahap 2
Attachment is the makin

Tahap 3
Specific, clear cut attachment

Tahap 4
Goal-coordinated partenerships
0-2



2-7


7-24 tahun



24-seterusnya
Bayi tidak membedakan antara orang-orang dan merasa senang dengan atau menerima dengan senang orang yang dikenal dan yang tidak dikenal.
Bayi mulai mengakui dan menyukai orang-orang yang dikenal; tersenyum pada orang yang lebih dikenal.
Bayi telah mengembangkan keterikatan dengan ibu atau pengasuh pertama lainnya dan akan berusaha untuk senantiasa dekat dengannya; akan menangis saat berpisah dengannya.
Sekarang bayi merasa lebih aman dalam berhubungan dengan pengasuh pertama, bayi tidak merasa sedih selama berpisah dari ibu atau pengasuh pertamanya dalam jangka waktu yang lama.

Sejumlah ahli psikologi perkembangan percaya bahwa attachment berkembang dari satu waktu kewaktu sebagai hasil interaksi yang berulang antara bayi dan ibu.  Semakin besar respon yang diberikan ibu  terhadap sinyal-sinyal seperti tangisan, senyuman, kelekatan dan sentuhan maka semakin kuat keterikatan sosial antara keduanya.
            Penelitian yang dilakukan Marshal Klaus dan Jhon Kennel menunjukan bahwa kontak jasmani antara bayi dan orang tua dimasa awal kelahirannya memiliki pengaruh besar bagi pola embentukan hubungan antara mereka dikemudian hari. Sejumlah penelitian lain menyatakan bahwa ibu yang memiliki waktu berjam-jam dengan bayinya selama berhari-hari lebih menyayangi bayinya dari pada ibu yang dipisahkan dengan anaknya sejak saat lahir. Bayi saat pertama lahir hubungan sosialnya yang paling sering adalah dengan ibunya. Ibu memiliki peranan yang sangat penting  bagi bayi, yaitu memberikan rasa aman yang diperlukan bayi untuk berexplorasi dengan lingkungannya.
        Bayi selalu mengalami ketertarikan pada ibu, sebab itu bayi cenderung takut pada orang asing, menangis karna hal – hal kecil. Mengklarifikasikan keterkaitan tidak aman ada 3 bentuk :
1.      Keterikatan kecemasan & menghindari auxious_resistant attackment, yakni bayi akan menangis ketika berpisah dengan ibunya dan sulit untuk menenangkannya kembali.
2.      Keterikatan kecemasan & penolakan auxius_avoidant attackment, yakni ketika bayi di pisahkan dari ibunya  bayi tersebut tidak menangis dan ketika berkumpul kembali, bayi cenderung menolak atau mengabaikan ibunya.
Keterikan tidak aman bayi berkaitan dengan pola asuh ibu terhadap anak yang kurang peka dan tidak responsif selama satu tahun kehidupannya ibu yang memperhatikan keterikatan tidak aman, cenderung lebih bereaksi berdasarkan keinginannya saja, di bandingkan dengan sinyal yang datang dari bayinya . contoh ; ketika bayi menangis, ibu tidak peka sehingga mengabaikan si bayi, tetap bisa pula ketika mereka bereaksi pada tangisan bayi, hanya ketika ingin memeluknya saja



0 komentar:

Posting Komentar

"Silahkan Berkomentar Susuai Topik atau Artikel di Atas Terimakasih"

Transparent Sexy Pink Heart