.

.

MAKALAH
PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI
SOSIAL- EMOSIONAL PADA ANAK USIA DINI


Dosen Pengampu:
WIDAYATI, S.Pd.,M.Pd

Disusun Oleh:
§ Juma’Ati                   (160651100055)
§ Munaweroh               (160651100047)
§ Rusdiyana Fatatik     (160651100063 )
§ Sri Usmani                (160651100066)
§ Virgi Dwi Handika   (160651100065)
Kelas: 1B PG-PAUD

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
TAHUN AJARAN 2016 / 2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah  perkembangan anak usia dini yang membahas tentang sosial-emosional pada anak usia dini yang didukung oleh Ibu Widayati, S.Pd.,M.Pd  dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui  teori-teori perkembangan sosial emosional, karakteristik perkembangan sosial-emosional pada anak usia 4-6 tahun. Melalui penugasan ini diharapkan para mahasiswa dapat memahami tentang sosial emosional    
Kami mengucapkan banyak terima kasih terhadap semua pihak yang telah membantu makalah ini. Kepada  ibu Widayati S.Pd.,M.Pd  selaku dosen perkembangan anak usia dini dan semua kelompok yang ada di kelas 1B PGPAUD.








Bangkalan, Oktober  2016



Penyusun



DAFTAR ISI


COVER.........................................................................................................................1
KATA PENGANTAR..................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................3
BAB I PENDAULUAN...............................................................................................4
            1.1 Latar Belakang.............................................................................................4
            1.2 Rumusan Masalah........................................................................................5
            1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................6
2.1 Definisi.........................................................................................................6
            2.2 Teori Perkembangan Sosial-emosional........................................................6
            2.3 Karakteristik Perkembangan Sosial-emosional
                  anak usia 4-6 tahun......................................................................................9
BAB III PENUTUP......................................................................................................12
            3.1 Kesimpulan..................................................................................................12
            3.2 Saran............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................13















BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Arti Perkembangan menurut E. B. Harlock ialah serangkaian perubahan secara progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman yang terdiri atas serangkaian perubahan yang bersifat kualitatif. Sedangkan menurut Santrock Yussen perkembangan yaitu pola perkembangan individu yang berawal pada konsepsi dan terus berlanjut sepanjang hayat.
            Perkembangan memiliki beberapa lingkup, yaitu kognitif, fisik, bahasa, sosial emosional, dan terakhir moral. Disini kami akan membahas tentang lingkup perkembangan sosial emosional.
            Perkembangan sosial emosional saat erat kaitannya dengan perkembangan anak usia dini. Saat bayi belum bisa berbicara, bayi menggunakan emosinya untuk berkomunikasi dengan orang tua atau orang-orang disekitarnya. Saat bayi lapar, haus ataupun mengantuk bayi menangis untuk memberitahu kepada ibunya bahwa ia lapar, haus atau bayi itu ingin tidur.
            Anak kecil juga sudah bisa bersosialisasi dengan orang sekitar dan juga lingkungannya. Perkembangan sosial dimulai sejak anak lahir ke dunia. Seperti contoh bayi yang baru lahir bayi menangis sebagai tanda pengenalan interaksi sosial dan kontak dengan manusia di sekitarnya.
            Perkembangan sosial pada masa akhir kanak-kanak, anak semakin bersifat sosial, dan mulai bersosialisasi dengan teman secara gembira, membentuk kelompok dan menggabungkan diri dalam salah satu kelompok tersebut. Anak menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan tingkah lakunya dipengaruhi oleh standar kelompoknya.
            Banyak para ahli yang mengemukakan teori tentang perkembangan sosial emosional, seperti Erikson dan Sigmund Freud.








1.2 Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang diatas, maka pertanyaan-pertanyaan yang kami rumuskan dalam makalah ini yaitu sebagai berikut:
1.      Apa definisi dari sosial, emosi dan aspek perkembangan sosial-emosional
2.      Teori apa saja yang ada di dalam perkembangan sosial-emosional
3.      Apa saja karakteristik perkembangan sosial-emosional anak usia 4-6 tahun

1.3 Tujuan Penulisan
            Dari Rumusan Masalah diatas maka makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui definisi dari sosial, emosi dan aspek perkembangan sosial-emosional
2.      Untuk mengetahui teori perkembangan sosial-emosional
3.      Untuk mengetahui karakteristik perkembangan sosial-emosional pada anak usia 4-6 tahun



















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Sosial, Emosi, dan Aspek Perkembangan Sosial-emosional
2.1.1 Definisi Sosial adalah merupakan bagian yang tidak utuh dari sebuah hubungan manusia sehingga membutuhkan pemakluman atas hal-hal yang bersifat rapuh didalamnya.
2.1.2 Definisi Emosi adalah perasaan atau efek yang terjadi ketika seseorang berada dalam suatu kondisi atau sedang terlibat dalam interaksi yang penting baginya, khususnya terkait kesejahteraanya.
2.1.3 Definisi perkembangan Sosial-emosional adalah perkembangan sosialisasi pada anak yang ditandai dengan kemampuan anak untuk beradaptasi dengan lingkungan, menjalin pertemanan yang melibatkan emosi, pikiran dan perilaku.
2.2 Teori Perkembangan Sosial-emosional
            2.2.1 Ada dua teori yang mengemukakan tentang perkembangan sosial-emosional pada anak, yaitu:
A. Teori Psikososial Erikson
            Dalam teori ini Erik Erikson mengemukakan 8 tahapan Perkembangan Psikososial Erikson:
1)      Tahapan Trust VS Mistrust
Tugas utama pada masa ini adalah memperoleh rasio yang tepat antara trust vs mistrust. Jika bobot kearah trust lebih besar dari pada mistrust, anak mempunyai kesempatan yang lebih baik untuk menghadapi krisis-krisis yang kemudian dari pada jika bobot kearah mistrust lebih besar.
            Basic trust yaitu” rasa percaya yang penting terhadap orang lain dan terhadap diri sendiri serta perasaan bahwa terdapat beberapa hubungan antara kebutuhan diri seseorang dan dunianya.
2)      Tahapan Autonomy VS Shame and Doubt (sekitar usia 2-3 tahun)
Pada tahapan ini orang tua penting untuk menciptakan atmosfer yang mendukung sehingga anak dapat mengembangkan kontrol diri tanpa kehilangan harga diri.
3)      Tahapan Initiative VS Guilt (sekitar usia 4-5 tahun)
Pada masa ini, anak mencari tahu ingin menjadi orang seperti apa ia kelak, dan pilihannya sampai pada keinginan untuk menjadi seperti orang tuanya.
4)      Tahapan Industry VS Inferiority (sekitar usia 6 tahun- pubertas)
Pada masa ini, anak mulai memasuki dunia pengetahuan yang lebih luas. Pengalaman berhasil pada anak sehingga memberi anak perasaan”industry” yaitu perasaan kompeten dan menguasai, semetara jika anak gagal, ia akan merasa adekuat dan Inferior yaitu perasaan bahwa ia tidak bisa apa-apa.
5)      Tahap Identity and Repudation VS Identity Diffusion (Masa Remaja)
Tugas dasar remaja adalah mengintegrasikan berbagai identifikasi yang mereka bawa sejak masa kanak-kanak kedalam identitas yang lebih utuh. Jika remaja tidak dapat mengintegrasikan identifikas, peran-peran dirinya, mereka akan menghadapi”Identity Diffusion”(ketidak butuhan identitas).
6)      Tahap Intimacy and Solidarity VS Isolation (Masa Dewasa Muda)
Intimacy dengan orang lain hanya dapat dicapai jika seseorang dapat mengintegrasikan identitasnya dengan baik. Pada masa ini, hubungan dengan lawan jenis merupakan suatu bentuk hubungan yang penting, hubungan-hubungan yang berbentuk meningkatkan identitas diri mereka. Jika usaha untuk membangun Intimacy gagal, ia akan merasa terisolasi, dingin dan hampa.
7)      Tahap Generativity  VS Stagnation and Self-Absorption (Masa usia Tengah baya)
Generativy mengacu pada minat untuk membangun dan mengarahkan generasi berikutnya melalui pengasuhan anak atau melalui usaha yang kreatif dan produktif. Kurangnya Generativity diekspresikan dengan perasaan stagnan, bosan dan asyik dengan diri sendiri.
8)      Tahap Integrity VS Despair (Usia lanjut usia)
·         Integrity : meliputi penerimaan terhadap keterbatasan-keterbatasan hidup, perasaan bahwa dirinya menjadi bagian dari sejarah yang lebih besar yang mencakup generasi-generasi sebelumnya.
·         Despair : perasaan menyesal atas apa yang telah seseorang lakukan atau tidak lakukan dalam hidupnya, ketakutan menghadapi kematian, serta tidak menyukai dirinya sendiri.
B. Teori Sigmund Freud
            Sigmund Freud menyatakan bahwa perkembangan seseorang harus melalui tahap-tahap tertentu untuk dapat memasuki tahap berikutnya, karena suatu tahap perkembangan akan mempengaruhi tahap perkembangan berikutnya. Bila keberhasilan seseorang melalui tahap tertentu, maka ia akan memiliki rasa percaya diri dan optimis dalam menghadapi tahap perkembangan berikutnya.
            Sigmund Freud (dalam Hall, Lindzay dan Campbell 1998 ) mengajukan lima tahap perkembangan psikoseksual manusia yaitu :
1.      Masa Oral ( 0 – 1,5 tahun )
            Masa oral ialah masa perkembangan bayi yang ditandai dengan kecenderungan perilaku untuk memusatkan kepuasaan fisiologisnya pada bagian mulut (Oral)
2.      Masa Anal ( 1,5 – 3 tahun )
            Masa anal ialah masa perkembangan anak usia 1,5 – 3 tahun yang ditandai dengan kecenderungan perilaku untuk memusatkan kepuasan fisiologisnya pada bagian anus (dubur)
3.      Masa Phallic ( 3 – 5 tahun )
            Masa phallic ditandai dengan kecenderungan perilaku anak usia 3-5 tahun untuk mencari kedekatan emosionalnya dengan orang tua lawan jenisnya dan menjauhi orang tua yang sesama jenisnya.
Misalnya : anak laki-laki akan mencari perhatian, perlindungan dan kasih sayang dari ibunya dan menjauhi ayahnya. Hal ini disebut kompleks oidipus (oidipus complex).
Anak perempuan akan mencari kasih sayang dari ayahnya dan menjauhi ibunya. Hal ini dinamakan kompleks elekstra (electra complex)
4.      Masa Latensy ( 5 – 12 tahun )
            Masa latensy ialah masa yang ditandai dengan kecenderungan perilaku menekan (merepress) dorongan libido seksual ke dalam arah bawah sadar dan meningkatkan keterampilan-keterampilan kognitif (cognitif skill) dan keterampilan sosial (social skill) agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya.
5.      Masa Genital ( 13 – ke atas )
            Masa genital ialah masa remaja yang ditandai dengan kecenderungan perilaku untuk memusatkan perhatian pada kepuasan genital.


           






2.3 Karakteristik Perkembangan Sosial-emosional Anak Usia 4-6 tahun
A. Batasan Aspek Perkembangan Sosial-emosional
            Tiga pendapat tentang perkembangan sosial-emosional:
1.      Papalia dkk (2009) → perkembangan sosial-emosional mencakup perkembangan dalam emosi, kepribadian dan hubungan interpersonal
2.      Dodge dkk(2002) → perkembangan sosial-emosional yaitu tentang sosialisasi yaitu proses ketika anak belajar nilai-nilai dan tingkah laku yang diterima oleh masyarakat
3.       Tujuan dalam perkembangan sosial-emosional
§  Mencapai sense of self atau pemahaman diri serta berhubungan dengan orang lain
§  Bertanggung jawab terhadap diri sendiri meliputi kemampuan untuk mengikuti aturan dan rutinitas, menghargai orang lain dan mengambil inisiatif
§  Menampilkan perilaku sosial
Contohnya : empati, berbagi dan menunggu giliran ( taking turns )
B. Perkembangan Sosial-emosional Anak Usia 4-6 tahun
1. Perkembangan Pemahaman Diri
            Pemahaman diri mencakup berbagai hal, seperti kesadaran diri (self-awareness), pengenalan diri (self-recognition), konsep diri (self-concept) dan harga diri (self-esteem). Konsep diri mulai terbentuk pada masa toddles,  sekitar usia 5-7 tahun anak telah dapat membuat gambaran tentang dirinya (self-definition). Ambaran ini merefleksikan perkembangan dari self-concept anak usia dini.
            Menurut Papalia dkk (2009) ada 3 tahap perubahan pemahaman diri anak usia 5 - 7 tahun.
1.  Single Representation → pernyataan yang dibuat anak merupakan satu dimensi yang terpisah-pisah.
Pemikiran anak melompat dari ide khusus ke ide khusus lainnya tanpa hubungan yang logis.
Contoh : Anto memiliki rambut hitam dan keriting ( ide tentang karakteristik fisik ) dan juga Anto mampu berlari dan memanjat dengan cepat ( ide tentang kegiatan yang bisa ia lakukan).
2. Representational Mapping → Bagaimanapun, hubungan logis yang dibuat ketika menggambarkan tentang dirinya masih di ekspresikannya dalam cara yang sepenuhnya positif dan bersifat hitam-putih.
Contoh : Saya dapat berlari cepat dan saya dapat memanjat tinggi
3. Representational System → Anak mulai mengintegrasikan ciri-ciri khusus dari diri menjadi sebuah konsep yang bersifat umum.
Contoh : Saya hebat dalam bermain kasti tetapi kurang bisa dalam hal matematika
 2. Perkembangan Hubungan Sosial
            Pada masa kanak-kanak awal, hubungan sosial dengan teman sebaya menjadi meningkat, terutama dalam konteks bermain.
Ada 6 kategori perilaku anak di masa kanak-kanak dalam bermain sosial dan non-sosial
a. Unoccupied Behavior
            Anak tidak tampak sedang bermain hanya mengamati hal yang menarik minatnya.
b. Onlooker Behavior
            Anak menghabiskan waktunya dengan mengamati anak lain bermain, anak berbicara dan bertanya atau membuat usulan tetapi tidak ikut bermain.
c. Solitary Independent Play
            Anak bermain sendiri dengan mainan yang berbeda dari mainan yang dimainkan oleh anak-anak yang ada di dekatnya dan tidak melakukan usaha apapun untuk mendekati anak lain yang sedang bermain di dekatnya.
d. Parallet Play
            Anak bermain diantara anak-anak yang lain dengan mainan yang sama seperti yang dimainkan oleh anak lain, tetapi mereka bermain sendiri-sendiri dan tidak harus dalam cara yang sama.
e. Associative Play
            Anak bermain dengan anak lain, saling berbicara tentang apa yang dimainkan, saling meminjam mainan, mengikuti satu sama lain, dan berusaha untuk mengontrol siapa yang boleh bermain di dalam kelompok.
f. Cooperative Play
            Anak bermain dalam kelompok yang terorganisasi untuk sejumlah tujuan, untuk membuat sesuatu, memainkan permaianan yang lebih formal atau melakoni suatu situasi.
            Dari pembagian diatas, Parten menyimpulkan bahwa anak mengalami kemajuan melalui urutan permainan yang digambarkannya. Mulai dari perilaku Unoccupied sampai dengan  Cooperative play. Mulai dari perilaku non sosial hingga menjadi lebih sosial.
3. Perkembangan Kemampuan Mengarahkan Diri ( Self-Regulation )
            Kemampuan untuk mengontrol tingkah laku agar sesuai dengan tuntutan atau harapan pengasuh, bahkan jika pengasuh tidak ada di dekat anak. Namun, ada pula anak yang tetap bergantung pada orang tua dewasa untuk mengontrol perilakunya agar sejalan dengan aturan yang diberikan.

4. Perkembangan Perilaku Sosial
            Terdapat sejumlah bentuk perilaku sosial, yang akan dibahas dalam bagian ini adalah perkembangan perilaku prososial dan perkembangan empati. Yaitu:
a. Perkembangan Perilaku Prososional              
            Perilaku yang disengaja dengan maksud memberikeuntungan kepada orang lain. Seperti : berbagi dan bekerja sama dengan orang lain, menolong dan peduli terhadap orang lain.
b. Perkembangan Empati
            Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri dalam posisi orang lain dan merasakan apa yang orang lain rasakan dalam situasi tertentu.
Contohnya: Seorang anak usia 5 tahun mungkin mengatakan kepada ibunya yang baru saja kecopetan “ ibu jangan sedih, nanti orangnya pasti ditangkap polisi”. 






















BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perkembangan Sosial-emosional adalah perkembangan sosialisasi pada anak yang ditandai dengan kemampuan anak untuk beradaptasi dengan lingkungan, menjalin pertemanan yang melibatkan emosi, pikiran dan perilaku.
            Banyak ilmuan yang mengemukakan Teori-teori yang menerangkan tentang sosial emosional diantaranya teori psikososial yang dikemukakan oleh Erik Erikson dan teori dari Sigmund Freud. Erik Erikson mengemukakan ada delapan tahapan perkembangan psikososial yaitu : Tahapan Trust VS Mistrust, Tahapan Autonomy VS Shame and Doubt (sekitar usia 2-3 tahun), Tahapan Initiative VS Guilt (sekitar usia 4-5 tahun), Tahapan Industry VS Inferiority (sekitar usia 6 tahun- pubertas), Tahap Identity and Repudation VS Identity Diffusion (Masa Remaja), Tahap Intimacy and Solidarity VS Isolation (Masa Dewasa Muda), Tahap Generativity  VS Stagnation and Self-Absorption (Masa usia Tengah baya), Tahap Integrity VS Despair (Usia lanjut usia).
            Sedangkan teori dari Sigmund Freud mengemukakan lima tahap perkembangan psikoseksual manusia, yaitu : Masa Oral ( 0 – 1,5 tahun ), Masa Anal ( 1,5 – 3 tahun ), Masa Phallic ( 3 – 5 tahun ), Masa Latency ( 6 – 12 tahun ), Masa Genital ( 13 tahun – sekarang ).

3.2 Saran
            Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, oleh sebab itu kami mohon kritik dan saran guna membangun dan memotivasi kami agar lebih baik lagi kedepannya.










Daftar Pustaka

            Dariyo, Agoes, Psi. Drs., 2007, Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama, Bandung, PT. Refika Aditama
            Hildayani, Rini, dkk, 2003, Psikologi Perkembangan Anak ,Banten, Penerbit Universitas Terbuka

0 komentar:

Posting Komentar

"Silahkan Berkomentar Susuai Topik atau Artikel di Atas Terimakasih"

Transparent Sexy Pink Heart